Perjalanan - dengan mobil pinjaman – memerlukan waktu 2 jam. Saya sempat mampir ke peristirahatan simbah *orang yang merawat saya ketika bayi hingga SMU* di Purworejo.
Tujuan ke pondok pesantren Pabelan adalah melihat telecenter pondok itu yang berdiri tahun 2004 atas kerjasama BAPPENAS dan UNDP.
Ibu Nunun, ‘direktur‘ telecenter menerima kami dengan ramah. Pangan tradisional – pisang goreng, ubi goreng, dan tempe goreng – menemani selama bincang-bincang. Beliau bercerita tentang berdirinya pondok Pabelan, suka-duka pendampingan komunitas petani di desa Pabelan, berdirinya telecenter, fungsi dan tujuan telecenter, bagaimana mengajarkan teknologi informasi kepada petani, seru sekali bu Nunun bercerita.
Obrolan yang semula di salah satu ruang telecenter yang sejuk ber-AC, kemudian pindah ke rumah bu Nunun di lingkungan pondok Pabelan. Buah rambutan yang baru dipetik semakin menyemarakan obrolan. Sehingga obrolan pun berkembang menjadi diskusi tentang mantan presiden RI yang sedang sakit hingga penanggalan dan ramalan suku Inca pada tahun 2009-2010 kelak.
Tak lama kemudian saya dan Ibenk pamit, kemudian kami meluncur ke kota Magelang untuk bertemu dengan pak Nuryoso yang melakukan pendampingan petani obat tradisional di bukit Manoreh Kecamatan Purworejo. Sebelumnya kami makan siang dengan ayam goreng – ‘alot’ kata Ibenk. Tapi lumayan ya, cacing-cacing di perut jadi tenang.
Perjalanan pun berakhir di rumah keluarga Ibenk - ditutup dengan sepiring kepiting asam manis sebagai makan malam. Jadi inget kepiting di Samarinda euy……
Rencana semula, saya akan langsung ke desa Kedungwringin dan bermalam di sana. Tetapi tidak mungkin masuk ke desa di atas jam 8 malam. Sehingga setelah makan malam, saya langsung kerumah orang tua di Banjarnegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar