28 Desember 2007

Berawal hanya dengan niat ..........................

Tanggal 25 Desember 2007 yang lalu, sesuai rencana, saya ditemani Ibenk, dengan dipandu mbak Lis - super administrator di Pusat Data Elektronik (PDE) Pemda Kebumen - menuju desa Kedungwringin yang terletak di daerah waduk Sempor kabupaten Kebumen. Perjalanan mulai dari rumah Ibenk di kota Kebumen. Setiba di waduk Sempor, kami naik perahu selama kurang lebih 30 menit menuju desa. Pemandangan sekitar waduk Sempor cukup indah.

Kemudian dengan dipandu pak Perahu, kami menuju rumah kepala desa (kades) untuk menyampaikan maksud kedatangan. Sambil menunggu pak Kades, kami beramah tamah dengan bu Kades seraya menikmati air sirup.

******

Tanpa sengaja, suatu hari saya ber-SMS dengan bu Mangestuti - dosen senior di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Saya kenal beliau pada tahun 2005 sebagai sama-sama penerima beasiswa riset dari Asian Public Intellectual (API) Fellowship. Komunikasi lewat SMS berlanjut dengan pertemuan di pasar Pagi Mangga Dua. Pertemuan menghasilkan suatu rencana, membuat desa percontohan untuk pengembangan tanaman obat.

Sebagai dosen senior, bu Mangestuti masih enggan mengajukan diri menjadi guru besar. Karya beliau yang sudah seabreg banyaknya, dirasa belum cukup, karena pengabdian yang sesungguhnya kepada masyarakat belum ada. Beliau berharap dapat membangun sebuah desa miskin menjadi desa percontohan pengembangan tanaman obat, sesuai dengan keahliannya.

Gayung bersambut, saya sendiri merasa sangat resah setelah membaca buku "Sokola Rimba" Butet Manurung. Saya yang sekolah lebih tinggi dari Butet, belum mampu berbuat apa-apa untuk masyarakat marjinal. Dan ketika bu Mangestuti menyampaikan harapannya, maka itu pun menjadi mimpi saya.

Kebetulan bu Mangestuti dan saya memiliki ketertarikan yang sama - tanaman obat - ini karena latar belakang pendidikan yang sama - ilmu farmasi. Hanya selanjutnya saya mengkombinasikan ilmu kesehatan dengan teknologi informasi menjadi informatika kesehatan. Sedangkan beliau tetap menekuni bidang ilmu Farmasi. Hasil akhir pertemuan adalah mencari desa yang akan menjadi "korban".

Bulan September 2007 yang lalu saya diundang untuk menghadiri rapat tim grand design teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemprov Kalimantan Timur di Samarinda. Salah satu undangan adalah Ibenk, pegawai PDE pemda Kebumen. Diskusi macem-macem berlanjut lewat yahoo messanger. Dan ketika Ibenk dinas ke Jakarta, bertemulah kami dan berdiskusi gado-gado mulai di Depkeu Lapangan banteng - tempat Ibenk menghadiri seminar - sampai tempat tunggu bis Damri bandara di Gambir, mengantar Ibenk kembali ke Jogja - beliau sedang melanjutkan studi di UGM. Hasil akhir diskusi gado-gado adalah beliau akan mendukung kegiatan saya dan ibu Mangestuti, selain menawarkan desa di kabupaten Kebumen sebagai "korban".

******

Tahun 2008 akan saya jelang dengan mimpi untuk membangun desa tertinggal melalui pengembangan tanaman obat dan teknologi informasi dan komunikasi. Ini merupakan projek jangka sangat panjang, karena memang saya, bu Mangestuti dan Ibenk niat dengan daya upaya mendampingi hingga bisa menjadi desa percontohan, entah kapan. Berawal hanya dengan niat ..........................


Film perjalanan menuju desa Kedungwringin Kebumen dapat dilihat di http://www.youtube.com/ambaryoganingrum